Padahaldalam hartanya memiliki hak-hak fakir miskin yang harus ia tunaikan. Sebagai pengingat kembali, dalam pandangan Islam, harta yang kita miliki bukanlah harta kita, melainkan semua titipan dari Allah Swt. Kita tidak tahu kapan harta itu diambil oleh Allah Swt secara tiba-tiba. Kita tak bisa mengklaim itu harta kita seutuhnya ketika nyawa Padahal hampir tidak mungkin bagi kita untuk menggeneralisir begitu saja semua masalah bid"ah menjadi satu versi saja. Sebab yang namanya ulama itu bukan hanya ada satu saja di dunia ini. Allah SWT berkata "Rahbaniyah itu tidak Kami wajibkan". Tidak diwajibkan bukan berarti dilarang, melainkan bisa jadi hanya dianjurkan atau dinilai Lupajika lahir ia tak membawa apa-apa, lupa jika ada yang selalu memperhatikan dan mengawasinya, yaitu Sang Pencipta, Allah SWT. Manusia itu hanyalah penikmat karya cipta dari Yang Maha Kuasa, manusia itu hanyalah pemakai titipan-Nya. Namunsadarkah semua cinta yang diinginkan sebagian besar manusia adalah cinta duniaw i, padahal duniawi semuanya bersifat sementara, semua hanya titipan dan amanah dari Allah Swt. Pernahkah terpikir bahwa kita bisa seperti Khadijah istri Rasulullah Muhammad Saw. yang tak hanya memiliki kecintaan pada sang suami tetapi juga memiliki kecintaan Dalamsetiap titipan-titipan-Nya tersebut ada ujian, sejauhmana kita kita bisa amanah terhadap apa yang telah dititipkan-Nya. Seorang istri adalah sebuah amanah bagi suami agar dapat membimbingnya dan bersabar atasnya, pengalihan tanggungjawab dari orangtuanya kepada suami saat menikah yang dipersaksikan oleh Allah swt. Benaradanya jika pada umumnya kita ingat dengan Sang Pencipta Allah SWT hanya saat kita dalam kesulitan, kala ditimpa musibah, disaat kita merasa tak mampu lagi berbuat apa-apa. tanpa pernah terpikir semua adalah titipan dan pemberian yang Allah amanahkan, yang sewaktu-waktu jika Ia berkehendak semua itu diambil dari kita, dan itu Eramuslim- SAUDARAKU, jika kita merasa memiliki sesuatu, bisa harta kekayaan, pangkat jabatan, pasangan, anak-anak, rumah, kendaraan, dan lain sebagainya dari urusan dunia ini, maka yakinilah bahwa semua itu hanya titipan. Bahkan diri kita pun hanyalah titipan. Kita tidak memiliki apa-apa jika Allah Swt. tidak memberi kepada kita. Kita tidak punya apa-apa jika Allah tidak menghendakinya Bahkan tak sedikit pun mengurangi komitmennya untuk beribadah kepada Allah Swt. bagi Nabi Sulaiman, kekayaan bukanlah tujuan utama, melainkan hanya sarana untuk mengabdi dengan menegakkan kalamullah. Ia menyadari bahwa semua yang telah dimiliki hanyalah titipan Allah Swt., sehingga tak pantas untuk sombong dan bangga diri karena kekayaan. Dalamsuka maupun duka kita harus selalu dekat Allah SWT, kita harus tetap besyukur . Semua ibadah yang kita kerjakan hanya karena-Nya, sebagai rasa syukur atas karunia Allah. Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku, bahwa: sesungguhnya ini hanya titipan, bahwa mobilku hanya titipan Allah bahwa Karenasemua yang Allah berikan hanya titipan. Oleh karena itu, jaga selalu hati kita agar selalu sehat, selalu hidup. Selama kita masih diberikan umur oleh Allah SWT, maka sebaiknya gunakanlah dengan sebaik-baiknya. Bersihkan hati dan selalu berada di jalan Allah. Jangan sampai kita termasuk ke dalam golongan orang yang hatinya mati atau BHUlGo. JAKARTA - KH Ali Yafie dalam bukunya, Menggagas Fiqih Sosial mengatakan, ajaran Islam menempatkan harta benda dalam jajaran lima kemaslahatan dasar. Sebab, harta merupakan salah satu kepentingan yang mendasar dalam kehidupan manusia. Namun, Islam juga menempatkan harta benda sebagai ujian bagi manusia. Ini seperti ditegaskan surah Al-Taghaabun ayat 15, yang artinya, "Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan bagimu ...." Di satu sisi, hak kepemilikan seseorang atas harta benda tetap dihormati dan dilindungi. Akan tetapi, di sisi lain harta benda itu pada hakikatnya merupakan titipan dari Allah SWT. Sebab, Dialah Yang Mahamemiliki. Maka dari itu, seorang insan harus memanfaatkan harta bendanya sebagaimana diperintahkan Allah SWT. Ketika Nabi Muhammad saw tengah menderita sakit dan menjelang ajalnya, beliau hanya memiliki uang tujuh dinar. Khawatir kalau sampai meninggal dunia uang tersebut masih berada di tangannya, Nabi SAW pun menyuruh menyedekahkan seluruh uang itu kepada fakir miskin. ''Bagaimana nantinya jawab Muhammad kepada Tuhannya, sekiranya ia menghadap Allah sedangkan uang itu masih ada di tangannya,'' kata beliau. Demikianlah, Rasulullah saw pergi meninggalkan dunia fana ini menghadap Allah SWT tanpa meninggalkan uang sepeser pun. Nabi SAW tidak meninggalkan sesuatu harta benda kepada siapa pun, termasuk kepada keluarganya. Sekalipun demikian, Nabi secara cemerlang telah meninggalkan suri teladan dan contoh kehidupan yang indah. "Sesungguhnya pada diri Rasululllah itu suri teladan yang baik bagimu" QS Al-Ahzab 121. Ya, beliau hidupnya sangat bersahaja dan tidak terlalu merisaukan harta benda. Aisyah pernah berkata, ''Kiranya tuan makan hanya sekadarnya kenyang saja.'' Menjawab istrinya ini Nabi berkata, ''Wahai Aisyah! Buat apa dunia ini bagiku. Para rekanku, rasul-rasul ulul azmi telah bertahan atas hal-hal yang lebih berat dari yang aku rasakan. Aku malu, kalau sampai aku menghadap Tuhanku akan tak mencapai martabat seperti mereka." Sebagai pemimpin, beliau ingin memberikan contoh kepada para pemimpin lainnya agar selalu mendahulukan kepentingan rakyat katimbang diri dan keluarganya. Karenanya, Nabi pernah menolak permohonan putri tercintanya, Fatimah, yang menginginkan seorang pembantu di kediamannya yang berasal dari tawanan perang. Nabi menganggap masih ada orang lain yang lebih membutuhkannya. sumber Hikmah Republika oleh Alwi ShahabBACA JUGA Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Klik di Sini Bergabunglah dengan Buletin Kami Bergabunglah dengan daftar pelanggan kami untuk mendapatkan berita terbaru, pembaruan, dan penawaran khusus langsung di kotak masuk Anda SAUDARAKU, buat apa sombong? Saat ini banyak di antara kita yang sombong dengan apa yang dimilikinya. Mereka bangga dengan harta, pangkat, jabatan, rumah, kendaraan, gelar dan lain sebagainya. Padahal benarkah itu semua milik kita? Saudaraku, Sesungguhnya apa-apa yang kita miliki di dunia ini hanyalah titipan dari Allah SWT. Maka sungguh sangat dangkat hidup kita jika kita beranggapan bahwa apa yang kita gunakan saat ini adalah milik kita. Betapa hidup kita tidak bernilai jika hanya menjadikan perhiasan dunia sebagai tolok ukur kemuliaan. BACA JUGA Saudaraku, Berhentilah Mengeluh! Sungguh konyol jika kita merasa terhormat oleh bungkus, sedangkan terhadap isi kita abai. Tidakkah kita sadar bahwa semua itu tiada lain hanyalah titipan dari Allah Swt. Bahkan kita hidup di dunia pun hanya nebeng saja, dan alam semesta ini mutlak adalah milik Allah Swt. Lantas apa yang pantas kita sombongkan sebenarnya? Tidak ada sedikitpun. Foto Unsplash Di dalam Al Quran terdapat hikmah yang sangat besar terkandung dalam nasehat Luqman kepada putranya. Allah Swt. berfirman, “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia karena sombong dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” QS. Lukman [31] 18. BACA JUGA Saudaraku, Bertaubatlah dengan Sebenar-benarnya Taubat Saudaraku, Kehidupan kita adalah karunia dari Allah. Hanya Allah yang mencukupi rezeki kita, melimpahi kita dengan berbagai karunia-Nya. Bumi ini hanya milik Allah, sedangkan kita hanya nebeng sementara dan hanya sebentar saja.[] Sumber Nasihat-nasihat Aa Gym